Quantcast
Channel: desperate housewife
Viewing all articles
Browse latest Browse all 734

Pengalaman Berlibur Saat Anak Demam

$
0
0
“Kamu mau ke Belitung hanya bertiga sama anak-anak? Nanti malah repot udahlah anak-anak biar tinggal di sini aja, ngga usah ikut.” Begitu reaksi ibu mertua, ketika saya bilang saya akan ke Belitung bersama duo bocah, tapi ayahnya ngga ikut.

“InsyaAlloh ngga repot bu jalan-jalannya kan bareng sama temen-temen juga, jadi kalo repot pasti ada yang bantuin.”

Bepergian jauh bareng duo bocah, bukan hanya ibu mertua saja yang takjub. Meski ya bareng temen-temen juga, tapi beda kan ya kalo perginya bareng rombongan keluarga. Misalkan anak-anak rewel, minta gendong atau apalah belum tentu mau juga ditenangkan sama orang yang ngga biasa bersamanya. Tapi saya tetep pada keputusan saya untuk mengajak serta mereka, saya sudah pernah janji sama mereka, “Kalau mama kerja, kalian ngga boleh ikut, tapi kalau jalan-jalan boleh.” Dan kepergian saya kai ini memang untuk jalan-jalan, saya ingin menepati janji itu. Lagian saya kok merasa ada yang kurang liburan tanpa anak-anak. Alih-alih bersenang-senang di sana, yang ada saya malah kepikiran terus kali, anak-anak lagi ngapain ya? Udah makan belum, Bisa tidurtanpa ditemenin mamanya? Kangen saya apa ngga? Arghhh malah ngga tenang.

Saya sudah biasa sih pergi hanya bertiga bareng duo bocah, kalo pas pengen jalan-jalan, tapi Ayahnya ngga bisa ikut karena kerja. Ke mall bertiga, ke perpustakaaan bertiga, Kudus-Semarang ngebis bertiga. Alhamdulillah, heppy-heppy aja, kali ini pengen coba trayek yang lebih jauh, ahaha, bis kaleee trayek.

Kudus-Semarang ngebis bertiga

Selain itu juga saya ingin ngajak anak-anak naik pesawat. Mumpung pas ada rejeki, ada barengannya juga. Kalo ditunda nanti-nanti pas ayahnya selo misalnya, takut uangnya keburu kepake buat yang lainnya.

Duo bocah udah excited banget, denger rencana jalan-jalan kali ini. Bismillah kita bakal beresenang-senang di Belitung ya nak.

Akan tetapi… 

Empat hari sebelum hari H keberangkatan ke Belitung, Thifa demam, Alhamdulillahnya dalam dua hari demamnya sudah reda, 

Namun kemudian, gantian Hana yang demam di sore hari dimana malamnya kami akan berangkat dengan kereta ekonomi ke Jakarta, untuk besoknya menuju Belitung dengan pesawat.

Demamnya Hana bikin saya dilema, tetap berangkat bersama Hana atau biarlah ia beristirahat di rumah?

Masih teringat, kejadian dua tahun lalu, saat Hana berumur 9 bulanan. Badannya hangat. Neneknya sudah menyuruh saya memberi obat turun panas. Saya iyakan saja, tapi saya tidak memberinya obat, hanya saya kompres. Saya tipikal orang yang tidak mau sedikit-sedikit mengonsumsi obat. Apalagi saya pernah dengar kalau panas itu bukan penyakit melainkan reaksi tubuh yang sedang berusaha melawan penyakit, tidak diberi obat pun tak mengapa. Padahal ini ngga sepenuhnya benar loh, harus dicek juga berapa suhu tubuh dan bagaimana kondisi anak saat itu.

Malamnya ketika saya hendak balik ke rumah sendiri, saya rasakan panas Hana tambah tinggi, saya suruh Ayahnya mampir apotek, ya saya menyerah, saya rasa udah saatnya Hana minum obat “Beli paracetamol yah!”

Sekembali ke mobil si ayah memberi tempra drops pada saya. Banyak yang bilang tempra cepat menurunkan demam. Alhamdulillah si Ayah ngga salah beli. Sesampai di rumah, baru saja hendak saya berikan tempra pada Hana, ia keburu kejang, segera saya larikan ke UGD.

usia 9 bulan Hana dirawat di RS karena kejang

Setelah itu tiap kali demam, Hana seringkali menunjukkan gejala seperti saat sebelum kejang waktu itu, lagi diam gitu tiba-tiba reaksinya kaya orang kaget. Beda dengan kakaknya yang tidak pernah seperti ini. Makanya saya selalu deg-degan tiap kali Hana demam. Seperti kali itu, ketika kami akan berlibur ke luar pulau tapi Hana mendadak demam.

Saya sempet melemparkan wacana, “Hana.. di rumah saja ya sama nenek, ngga usah ikut Mama,” tapi kakaknya berkeberatan. “Hana harus ikut, ga seru kalau ga ada Hana” katanya.

Sayapun ngga tega meninggalkan Hana, apalagi Ayahnya di waktu bersamaan juga akan keluar kota, neneknya waktu itu kondisinya lagi agak kurang sehat. Bismillah, akhirnya Hana saya ajak serta.

Tentu saja saya tidak lupa membawa seperangkat obat-obatan. Paling utama paracetamol yang merupakan obat turun panas.

Jangan lupa bawa paracetamol saat bepergian


Setiap 4-6 jam sekali Hana saya minumkan paracetamol, di kereta sempat muntah, tapi Alhamdulillah udah bisa tersenyum dan tertawa-tawa saaat diajak bercanda.

Panasnya sudah mulai turun. Di bandara sempet mainan di playground, meski sepertinya masih agak lemas, jadi kemana-mana kebanyakan minta gendong.

Di Belitung, begitu ketemu pantai langsung minta turun, pengen main air. Lega rasanya melihat Hana ikut menikmati liburan kali ini.


Serunya main di pantai

Dari pengalaman saya berlibur saat anak demam, saya punya beberapa tips buat Ayah Bunda yang mau berlibur dengan anak juga. Terutama kalau anaknya termasuk yang punya riwayat demam kejang seperti Hana.

1. Bawa termometer. Kalau kamu termasuk orang yang ngga mau sedikit-sedikit kasih obat jangan lupa bawa termometer. Saat suhu tubuh anak terasa hangat, ukur suhu tubuhnya. Jika belum di atas 38 derajat cecius dan anak masih nampak aktif dan ceria obat turun panas mungkin tidak diperlukan, kecuali anak pernah ada riwayat demam kejang saya sih lebih memilih langsung memberinya obat turun panas di suhu tubuh 38 derajat celcius.

2. Bawa obat-obatan. Salah satunya obat turun panas, meski saat berangkat anak dalam kondisi sehat walafiat. Jangan menggampangkan bisa beli nanti kalo anak udah sakit. Lha kalo sakitnya tengah malam, pas toko udah tutup semua gimana? Untuk obat turun panas saya lebih memilih yang mengandung paracetamol seperti tempra. Di sebuah artikel saya baca, golongan obat ini lebih aman untuk anak. Karena bekerja langsung di pusat panas dan tidak menimbulkan iritasi lambung.

3. Bawa makanan favorit anak-anak. Mungkin di rumah, kita sedikit memaksa anak untuk makan makanan yang menurut kita baik untuknya tapi ngga disukainya, sayur misalya. Saat liburan saya memilih untuk lebih membebaskan, membiarkan mereka menikmati makanan favoritnya. Apalagi kalau anak sedang kurang sehat, selera makan pasti menurun padahal tubuh membutuhkan asupan makanan yang cukup. Dengan memberi makanan favorit mungkin mereka akan bersemangat lagi untuk makan.

4. Bawa termos kecil dan sapu tangan handuk untuk kompres. Kompres air hangat bisa membantu menurunkan demam anak. Cara mengompres yang benar, letakkan kompres di bagian lipatan-lipatan tubuh, seperti leher dan ketiak, bukan di kening ya.

5. Fleksibel. Ketika anak kurang sehat tentu merea membutuhkan lebih banyak istirahat. Ngga usah memaksakan diri mengikuti itinenary yang sudah disiapkan. Sesuaikan dengan kondisi anak. Sewaktu ke Belitung kemarin, ada beberapa spot yang tidak ikut saya kunjungi karena mempertimbangkan kondisi Hana. Saya tidak ikut naik ke menara, karena saat itu Hana tidak mau lepas dari gendongan, jadi saya memilih duduk-dudk di pasir bersama Hana sambil memperhatikan Thifa yang bermain di pinggir pantai. Sempat juga saya itipkan Thifa pada teman yang lain sementara saya menunggu di resto. Seandainyapun anak lebih memilih tetap tinggal di hotel beristirahat, ya sudah anggap saja kita lagi staycation di hotel, bisa juga sambil kulineran dengan memanfaatkan layanan delivery food (kalau ada).

Insya Alloh besok saya mau jalan-jalan lagi bertiga sama duo bocah ke Jogja. Ayahnya udah berangkat duluan, karena ada acara komik, kami bertiga nyusul besok naik bus. Nanti pulangnya baru bareng si Ayah. Rencana di Jogja pengen jalan-jalan ke Taman Pintar bertiga, seharian. Moga dikasih sehat dan lancar selama liburan, aamin. Sekarang packing duluuuu.

Senangnya liburan ke Belitung bareng duo bocah dan teman-teman :)
Foto by Katerina

Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh Blogger Perempuan Network dan Taisho.

Viewing all articles
Browse latest Browse all 734

Trending Articles