Memasuki puasa ke-15 masih lumayan rame yang ribut ngomongin ibu Saeni yang katanya dagangannya diambil sama Satpol PP karena bejualan makanan di siang hari pada bulan Ramadhan.
Terus terang saya kurang setuju, kalau para pedagang dilarang berjualan di siang hari. Selain karena, mungkin saja masih banyak yang butuh mencari makan di luar saat siang hari, kasian juga orang mencari nafkah masak ngga boleh. Tapi kalau lantas muncul statemen, "Seharusnya yang berpuasa yang menghormati orang yang ngga berpuasa" nah ini juga jadi aneh menurut saya.
"Masa sih kamu kalo puasa lihat orang makan terus pengen buka?"
"Orang Islam gila hormat banget pengen dihormati pas bulan puasa,"
Blablablablabla...
Ih saya kok jadi sedih dengernya ya.
Coba kalau di rumah ada orang sakit yang butuh istirahat, terus ada anggota keluarga lain yang pengen karaoke. Yang disuruh menghormati yang mana? Yang karaoke disuruh melanin suara karena menghormati yang lagi sakit, atau yang lagi sakit disuruh nyumpel kuping disuruh menghormati yang pengen karaoke?
Itu cuma perumpamaan ya, sekedar analogi. Jangan lantas disambungkan, emangnya orang puasa itu orang sakit? Ya ngga nyambung blas.
Saya Alhamdulillah samaaa sekali ngga tergiur lihat orang makan di depan saya, tapi saya punya anak-anak yang lagi belajar puasa, yang seringkali jadi pengen buka puasa begitu melihat orang makan dan minum.
Ya anaknya dong bu, yang dididik supaya tahan sama godaan.
Ya itu saya juga tahu, tapi yang namanya ngajarin anak kan ngga sak dek sak nyek berhasil. Tapi bertahap.
Saya pernah protes sama guru sekolahnya Thifa dulu. Sekolahnya sekolah Islam, tapi pada saat istirahat anak-anak dipersilakan main di luar dan makan. Saya bilang, "Bu kenapa pulangnya tidak dicepatkan saja ngga usah ada istirahat." Karena sehabis istirahat kan cuma baca-baca doa terus pulang.
"Kasian bu yang belajar puasa lihat teman-temannya pada makan. Kalau cuma 1,5 jam mereka di sekolah ngga makan dan minum saya rasa bisa lah. "
Soalnya di sekolah Thifa yang sebelumnya, sekolah biasa, peraturannya memang ngga boleh makan dan minum di kelas, sekitar 1,5 jam, dan anak-anak bisa. Malah usianya masih kecil-kecil, tiga tahunan gitu.
Di samping itu pula, menurut saya di bulan puasa wajar jika umat Islam ingin merasakan nuansa yang berbeda dari bulan-bulan lainnya. Apalagi di tempat yang mayoritas penduduknya Muslim. Sama halnya di Bali saat hari raya Nyepi tiba.
Warung makan ngga perlu tutup, itu bentuk penghormatan kita terhadap orang yang tidak berpuasa dan mencari nafkah. Tapi paling tidak tutuplah dengan tirai supaya tidak terlalu terlihat dari luar makanannya.
Jadi saya sama sekali ngga sependapat kalau hanya orang berpuasa yang diminta menghormati orang yang tidak berpuasa. Saya lebih suka untuk mengajak smeua saling menghormati di bulan Ramadhan. Baik itu yang tidak berpuasa kepada yang berpuasa maupun sebaliknya. :)